Religi - Seorang Muslim mempunyai jiwa dan kepribadian yang luar biasa, karena seorang Muslim, jiwanya berasal dari cahaya Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Kekuatan kepribadian seorang Muslim itu karena hubungannya dengan Allah yang sangat kuat. Sehingga menimbulkan aqidah yang luar biasa. Kekuatan aqidahya (keyakinannya), dimana kepercayanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala itu sangat teguh. Itulah yang membuat dia bagaikan karang yang ditempa ombak samudera, yang tak pernah bergeming menghadapi berbagai macam ujian dan cobaan.
Sumber kepribadian seorang Muslim adalah keyakinan dia kepada Allah, ketakwaan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Maka dari itulah, Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengutus para rasul yang pertama kali mereka dakwahkan adalah kepada tauhidullah Jalla Wa ‘Ala. Allah berfirman:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّـهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ ۖ … ﴿النحل : ٣٦﴾
“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu,”
(QS. An-Nahl : 36).
Sebagai contoh dari kepribadian Muslim yang beriman teguh ialah sahabat nabi saw Abu Bakar shiddiq yang membebaskan seorang budak yang bernama Bilal. Keimanan Bilal memang sudah teruji di masa permulaan dakwah Islam. Saat itu, Rasulullah saw menyebarkan Islam secara sembunyi-sembunyi.
Bilal lahir pada 580 Masehi di Makkah dari keluarga budak keturunan Afrika. Diam-diam, Bilal pada suatu hari,pergi dari pekerjaannya untuk ke majelis Rasulullah saw.
Di sana,ia mengucapkan dua kalimat syahadat.
Majikannya marah begitu mengetahui kepergian budaknya itu. Lebih murka lagi begitu mencurigai keislamannya. Bilal pun tidak membantah telah mengikuti ajaran Rasulullah saw. Ia pun digiring ke tengah padang pasir untuk disiksa.
Si majikan tidak sendiri,melainkan menyertakan kawan-kawannya yang juga petinggi kaum musyrikin Makkah. Mereka hendak memaksa Bilal agar mengingkari Islam dan kembali menyembah berhala.
Badan Bilal dibentangkan di atas pasir yang panas, matahari menyengat amat terik. Sebuah batu besar menindih tubuh Bilal, semua kaki dan tangannya diikat dan ditambatkan pada empat tonggak. Orang-orang musyrik terus meneriakinya agar meninggalkan iman dan Islam.
Beberapa algojo juga mencambuk kepala dan bagian tubuh yang tidak tertindih batu besar. Namun, Bilal tetap tabah menjalani penyiksaan itu. Dari mulutnya hanya terucap kata yang terus diulanginya: Ahad, Ahad, Ahad, Allah Maha Esa. Satu-satunya yang pantas disembah. Bukan berhala-berhala itu.
Ketenangan Bilal justru menyurutkan keberanian orang-orang musyrik itu. Mereka pun merayu Bilal dengan iming-iming harta dan kebebasan bila ia mau menanggalkan iman dan Islam. Bilal tidak gentar. Ia terus melafalkan perkataan tauhid. Bahkan, tidak jarang senyum mengulas di bibirnya.
Orang-orang Quraisy mungkin dapat menguasai raganya dan mengambil kebebasannya sebagai budak belian. Namun, dia tahu, tidak ada yang lebih berharga daripada iman di dalam dada.
Sampailah kabar tentang siksaan yang dialami Bilal bin Rabah kepada Rasulullah SAW dan para sahabat. Saat itu, Abu Bakar ash-Shiddiq langsung mendatangi tempat penyiksaan. Benar saja,batu besar masih menindih tubuh Bilal. Luka-luka meliputi tubuhnya yang semakin lemah tak berdaya. Segera Abu Bakar mendatangi majikan Bilal dengan niat untuk membeli kebebasan budak tersebut.
"Apakah kalian akan membunuhnya hanya karena ia mengucapkan Ahad, meyakini bahwa Allah adalah Tuhan?" tanya Abu Bakar kepada Umayah bin Kalaf, si majikan itu.
Tanpa ragu, Abu Bakar mengeluarkan uang yang jumlahnya melampaui harga kebebasan Bilal. Umayah tidak melihat alasan untuk mempertahankan budak yang sudah disiksanya habis-habisan itu. Jelas,bagi Umayah dan gerombolan musyrikin itu nyawa manusia tidak seberapa ketimbang harta. Mulai saat itu, Bilal menjadi seorang Muslim yang merdeka.
Abu Bakar lalu membimbing Bilal untuk bangkit. Ia membawanya ke kediaman Rasulullah saw. Dia berikrar di hadapan Rasulullah saw bahwa akan selalu membela dan menerima Islam sebagai agamanya. Inilah watak militan yang begitu besar,sebagai wujud pribadi muslim.
Allah Ta'ala berfirman ;
إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتۡ قُلُوبُہُمۡ وَإِذَا تُلِيَتۡ عَلَيۡہِمۡ ءَايَـٰتُهُ ۥ زَادَتۡہُمۡ إِيمَـٰنً۬ا وَعَلَىٰ رَبِّهِمۡ يَتَوَكَّلُونَ (٢) ٱلَّذِينَ يُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَمِمَّا رَزَقۡنَـٰهُمۡ يُنفِقُونَ (٣)أُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ حَقًّ۬اۚ لَّهُمۡ دَرَجَـٰتٌ عِندَ رَبِّهِمۡ وَمَغۡفِرَةٌ۬ وَرِزۡقٌ۬ ڪَرِيمٌ۬ (٤)
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah hati mereka,dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya),dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki [ni’mat] yang mulia.”
(QS. Al-Anfal : 2-4).
Barokallah fikum
Semoga bermanfaat
(Red)

0 Komentar