Jakarta - Di tengah pandemi global Covid-19, PT Industri Kereta Api (Persero) atau PT INKA berhasil mengekspor produknya ke Filipina. Hal ini menunjukkan jika produk industri nasional sangat kompetitif dalam memenuhi kebutuhan pasar luar negeri.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita pun memberikan apresiasi kepada perusahaan BUMN di bidang manufaktur perkeretaaapian yang berhasil mendobrak pasar ekspor tersebut.
“PT INKA telah memproduksi lokomotif dan kereta penumpang yang memiliki performa tangguh dan berkualitas, serta membawa ragam fitur yang cukup menarik dan fungsional. Keunggulan inilah yang dimiliki oleh PT INKA, sehingga diminati dan menjadi daya tarik tersendiri bagi costumer mancanegara dan berhasil masuk ke dalam pasar ekspor,” kata Agus Gumiwang Kartasasmita.
Sebanyak tiga lokomotif dan 15 gerbong penumpang produksi PT INKA dikirim ke Philippine National Railways (PNR) dari Dermaga Jamrud, Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Sabtu (12/12) lalu. Turut hadir mewakili Menperin saat itu, yakni Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Taufiek Bawazier.
Menurut Agus Gumiwang, industri alat transportasi merupakan salah satu sektor yang mendapat prioritas pengembangan berdasarkan Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) 2015-2035.
“Fokus pengembangan industri kereta api hingga 2035 adalah pengembangan kereta listrik untuk dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri dan pasar ekspor,” tuturnya.
Atas dasar itulah, berbagai kebijakan strategis telah dijalankan oleh pemerintah, di antaranya terkait penggunaan produk dalam negeri, pengembangan komponen pendukung, peningkatan kompetensi SDM, termasuk pengembangan desain dan engineering, serta pemberian insentif.
Disebutkan Agus, berbagai fasilitas insentif yang dapat dimanfaatkan dalam pengembangan industri kereta api, antara lain tax holiday, mini tax holiday, tax allowance, pembebasan Bea Masuk, Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE), fasilitas National Interest Account (NIA), dan super tax deduction.
Sementara untuk mewujudkan kemandirian industri kereta api nasional, Kemenperin juga mendorong implementasi industri 4.0 guna membangun sektor manufaktur yang berdaya saing global. “Melalui implementasi industri 4.0, diharapkan proses produksi menjadi semakin efisien, produktivitas dan daya saing meningkat, serta nilai ekspor juga meningkat, dengan target Indonesia dapat mencapai 10 besar ekonomi global pada 2030,” paparnya.
Sementara itu, Dirjen ILMATE menyampaikan, industri kereta api dalam negeri saat ini telah tumbuh dan berkembang baik dari sisi kemampuan teknologi maupun bisnisnya, sehingga saat ini Indonesia memiliki industri manufaktur sarana kereta api terbesar di Asia Tenggara. PT INKA telah membuktikan berbagai prestasi, baik skala dalam negeri maupun luar negeri.
Kinerja gemilang yang ditorehkan PT INKA, misalnya pengiriman ekspor dua trainset kereta diesel multiple unit ke Filipina pada Desember 2019, pengiriman ekspor empat trainset kereta diesel multiple unit ke Filipina pada Januari 2020, terselesaikannya kontrak ekspor 250 kereta penumpang ke Bangladesh pada September 2020, dan secara bertahap menyelesaikan 31 trainset LRT Jabodebek milik PT Kereta Api Indonesia (KAI).
Dalam memenuhi kebutuhan kereta api dalam negeri dan luar negeri, lanjut Taufik, PT INKA telah menetapkan milestone pembangunan berkelanjutan, seperti joint venture dengan manufaktur kereta api asal Swiss, Stadler Rail. Kerja sama ini membuahkan investasi pembangunan pabrik di Banyuwangi dan pengembangan teknologi kereta api modern dengan total anggaran sebesar Rp 1,63 triliun.
(Red)

0 Komentar