JUM'AT BERKAH 096 : Bersikaplah Wara Pada Kekuasaan dan Qana'ah Pada Harta


Religi - Banyak orang beranggapan bahwa kekuasaan dan harta itu penting di dalam menjalani kehidupan ini. Dengan kekuasaan maka seseorang akan mendapatkan kehormatan, fasilitas, dan keistimewaan lainnya. Dengan kekuasaan orang lain akan mengikuti kehendaknya. Dengan kekuasaan orang lain akan bisa dipaksa untuk melakukan sesuatu, hukum bisa diberlakukan dan bahkan dianggapnya agama bisa dipaksakan kepada seseorang. Dengan begitu kekuasaan menjadi sangat penting untuk diraih.

Demikian pula pentingnya harta. Orang yang memiliki harta melimpah, maka akan mendapatkan apresiasi, penghargaan, dan bahkan apa saja bisa dimiliki, termasuk kekuasaan sekalipun. Orang yang berharta akan bisa menikmati apa saja. Segala keinginannya bisa dipenuhi, bisa bergaul dengan siapapun, dan bahkan dengan hartanya itu orang lain bisa disuruh apa saja. Akhirnya harta dan kekuasaan, oleh sementara orang dikejar dan dicintai.

Namun sebaliknya, kekuasaan dan harta ternyata juga memiliki daya perusak, tidak terkecuali merusak pemiliknya sendiri. Tidak sedikit dalam sejarah kemanusiaan, orang yang berkuasa justru celaka hanya oleh karena kekuasaannya itu. Akibat tidak benar di dalam menjalankan kekuasaan, maka seseorang dicaci maki, dihujat, didemo, dan disumpah serapah.

Begitu pula, kekayaan bisa mengantarkan pemiliknya menjadi sengsara atau celaka. Dengan kekayaannya itu, maka sehari-hari, mereka memikirkan kekayaannya, khawatir berkurang atau hilang. Bekerja sehari-hari bukan untuk dirinya melainkan untuk kekayaannya. Kekayaan justru menjadi beban dan tempat pengabdiannya. Belum lagi, dengan kekayaannya, ternyata menjadikan orang lain menjauh dan memusuhi, dan bahkan merampok dan membunuhnya. Kekuasaan dan kekayaan memiliki potensi menyengsarakan, mengancam, dan bahkan benar-benar membinasakan pemiliknya.

Manusia sangat mencintai harta dan akan terus senantiasa mencarinya, tidak merasa puas dengan yang sedikit, manusia sangat tamak kepada harta dan panjang angan-angan. Allâh Azza wa Jalla berfirman,

 وَتُحِبُّونَ الْمَالَ حُبًّا جَمًّا 

"Dan kamu mencintai harta dengan kecintaan yang berlebihan." 

(QS. Al-Fajr: 20)

 وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ 

"Dan sesungguhnya cintanya kepada harta benar-benar berlebihan.

(QS. Al-Adiyat :8)

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 قَلْبُ الشَّيْخِ شَابٌّ عَلَىٰ حُبِّ اثْنَتَيْنِ : طُوْلُ الْـحَيَاةِ وَحُبُّ الْمَالِ 

"Hati orang yang tua renta senantiasa muda dalam mencintai dua perkara: hidup yang panjang dan cinta terhadap harta.

(HR. Al-Bukhari, no. 6420 dan Muslim, no. 1046)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

 يَكْبَرُ ابْنُ آدَمَ وَيَكْبَرُ مَعَهُ اثْنَانِ: حُبُّ الْمَالِ وَطُولُ الْعُمُرِ 

"Anak Adam (manusia) semakin tua dan menjadi besar juga bersamanya dua hal: cinta harta dan panjang umur."

(HR. Al-Bukhari, no. 6421 dan Muslim, no. 1047, dari Anas bin Malik rahimahullah) 

Hikmah dari penyebutan dua hal tersebut yaitu bahwa yang paling dicintai oleh manusia adalah dirinya, ia ingin hidup kekal, maka itu ia mencintai panjang umur. Manusia juga mencintai harta, karena seolah-olah harta merupakan salah satu sebab panjang umur. Jadi setiap ia merasa hartanya akan habis, bertambah kuatlah kecintaannya kepadanya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اِقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَلَا يَزْدَادُ النَّاسُ عَلَى الدُّنْيَا إِلَّا حِرْصًا، وَلَا يَزْدَادُوْنَ مِنَ اللهِ إِلَّا بُعْدًا 

"Hari Kiamat semakin dekat, dan tidak bertambah (kemauan) manusia kepada dunia melainkan semakin rakus, dan tidak bertambah (kedekatan) mereka kepada Allah melainkan semakin jauh."

(HR. Al-Hakim, IV/324 dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu)

Allah Azza wa Jalla berfirman tentang manusia,

لَا يَسْأَمُ الْإِنْسَانُ مِنْ دُعَاءِ الْخَيْرِ وَإِنْ مَسَّهُ الشَّرُّ فَيَئُوسٌ قَنُوطٌ

"Manusia tidak jemu
 memohon kebaikan, dan jika ditimpa malapetaka, mereka berputus asa dan hilang harapannya.”

(QS. Fush-shilat: 49)

Al-Baghawi rahimahullah berkata tentang ayat ini, “Manusia senantiasa meminta kebaikan kepada Rabb-nya, yaitu harta, kekayaan, dan kesehatan.” 

(Tafsir al-Baghawi, IV/71, cet. Daar Thaybah)

Allah Azza wa Jalla juga berfirman, 

بَلْ يُرِيدُ الْإِنْسَانُ لِيَفْجُرَ أَمَامَهُ

"Tetapi manusia hendak membuat maksiat terus menerus." 

(QS. Al-Qiyamah: 5)

Sa’id bin Jubair rahimahullah berkata, “Mereka cepat berbuat dosa dan menunda-nunda taubat. Mereka berkata, ‘Saya akan bertaubat, saya akan beramal.’ (Tetapi mereka tidak melakukannya) sampai akhirnya kematian datang kepada mereka dalam keadaan mereka yang paling jelek dan amalan yang paling buruk.”

(Tafsir al-Baghawi, IV/513, cet. Daar Thaybah)

Panjang angan-angan, merasa masih berusia panjang adalah penyakit berbahaya dan kronis bagi manusia. Jika penyakit ini menjangkiti seorang Muslim, makaia akan mulai menjauhi perintah Allah Azza wa Jalla, enggan bertaubat, cinta kepada dunia, lupa akan kehidupan akhirat yang abadi, dan membuat hati menjadi keras. Allahul Must'an...

Manusia tidak akan pernah merasa puas terhadap apa yang sudah diperolehnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَوْ أَنَّ لِابْنِ آدَمَ وَادِيًا مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ أَنْ يَكُونَ لَهُ وَادِيَانِ، وَلَنْ يَمْلَأَ فَاهُ إِلَّا التُّرَابُ، وَيَتُوبُ اللهُ عَلَى مَنْ تَابَ

"Sungguh, seandainya anak Adam memiliki satu lembah dari emas, niscaya ia sangat ingin mempunyai dua lembah (emas). Dan tidak akan ada yang memenuhi mulutnya kecuali tanah.’ Kemudian Allah mengampuni orang yang bertaubat."

(HR. Al-Bukhari, no. 6439 dan Muslim, no. 1048)

Dari ‘Abbas bin Sahl bin Sa’ad, ia berkata, “Saya pernah mendengar Ibnu Zubair dalam khutbahnya di atas mimbar di Mekah berkata,

 يَا أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُوْلُ: لَوْ أَنَّ ابْنَ آدَمَ أُعْطِيَ وَادِيًا مَلْأً مِنْ ذَهَبٍ، أَحَبَّ إِلَيْهِ ثَانِيًا، وَلَوْ أُعْطِيَ ثَانِيًا أَحَبَّ إِلَيْهِ ثَالِثًا، وَلَا يَسُدُّ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلَّا التُّرَابُ، وَيَتُوْبُ اللهُ عَلَى مَنْ تَابَ.

"Wahai manusia! Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sungguh, seandainya anak Adam diberikan satu lembah yang penuh dengan emas, pasti dia akan ingin memiliki lembah yang kedua, dan jika seandainya dia sudah diberikan yang kedua, pasti dia ingin mempunyai yang ketiga. Tidak ada yang dapat menutup perut anak Adam kecuali tanah, dan Allah menerima taubat bagi siapa saja yang bertaubat.’

(HR. Al-Bukhari, no. 6438) 

Dua hadits ini menjelaskan bahwa manusia sangat tamak dan rakus kepada harta, meskipun hartanya sudah melimpah ruah. Diumpakan, ia memiliki satu lembah emas, tetap saja ia ingin dua lembah emas, kalau sudah memiliki dua lembah emas atau harta yang banyak, maka tetap dia tamak dan berambisi untuk memiliki tiga lembah emas. Dan tidak ada yang dapat mencegah keserakahan manusia, ambisinya dan angan-angannya kecuali kematian. Oleh karena itu di dalam hadits ini, manusia disuruh bertaubat kepada Allah Azza wa Jalla atas ketamakannya dan keserakahannya. Dan Allah Axza wa Jalla akan menerima orang yang bertaubat dengan taubat yang ikhlas, jujur, dan benar. Allahh Azza wa Jalla berfirman,

أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ ﴿١﴾ حَتَّىٰ زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ ﴿٢﴾ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ ﴿٣﴾ ثُمَّ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ ﴿٤﴾ كَلَّا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ ﴿٥﴾ لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ ﴿٦﴾ ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِينِ﴿٧﴾ ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ

"Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), kemudian sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui. Sekali-kali tidak! Sekiranya kamu mengetahui dengan pasti, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahim, kemudian kamu benar-benar akan melihatnya dengan mata kepala sendiri, kemudian kamu benar-benar akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan (yang megah di dunia itu).” 

(QS. At-Takatsur: 1-8)

Terkait kekuasaan juga bisa membahayakan orang lain. Kekuasaan yang berlebih-lebihan melahirkan anggapan bahwa orang lain yang sedang dikuasai bisa diberlakukan sesuai dengan kehendaknya, ditindas, diperlakukan semena-mena, dan juga digunakan untuk melampiaskan nafsu dengki, hasut, dan dendam. Orang lain yang berada di bawah kekuasaannya menjadi tertekan, sengsara, dan bahkan mati. Betapa banyak, sebagai akibat kekuasaan, menjadikan orang lain ditindas, dihukum tanpa salah, dan bahkan mati atau terjadi pertumpahan darah...

Kekuasaan dan harta dalam kehidupan memang diperlukan. Tetapi yang tidak sepatutnya dibolehkan adalah adanya kecintaan terhadap kekuasaan dan harta secara berlebih-lebihan. Kekuasaan seharusnya tidak diperebutkan. Kekuasaan adalah amanah, sehingga harus diberikan kepada seseorang yang memiliki kemampuan untuk mengembannya. Amanah tidak selayaknya direbut, tetapi tatkala diberi juga tidak boleh ditolak. Berbeda dengan kekuasaan, harta harus dicari. Tetapi harta harus dibelanjakan secara benar. Sebagiannya harus diberikan kepada mereka yang berhak. Harta tidak boleh menjauhkan pemiliknya dari orang lain, apalagi dengan orang fakir miskin, anak yatim, orang yang sedang berkesusahan, dan masyarakat. Manakala kekuasaan dan harta diperoleh dan dimanfaatkan dengan cara yang benar, maka di sanalah akan lahir keutamaan yang sebenarnya. Namun sebaliknya, manakala disikapi secara tidak benar akan menjadi kekuatan perusak yang dahsyat.

Kerakusan terhadap kekuasaan dan ketamakan terhadap harta hanyalah akan menghasilkan sifat buas, laksana serigala yang terus mengejar dan memangsa buruannya walaupun harta itu bukan haknya. Fitrah manusia memang sangat mencintai kekuasaan dan harta kekayaan, berhasrat keras mendapatkannya sebanyak mungkin dengan menghalalkan segala cara.

Untuk menghindari sifat tamak dapat dilakukan dengan selalu meminta pertolongan Allah supaya dijauhkan dari sifat serakah. Agar tidak dikendalikan nafsu serakah terhadap dunia, membiasakan hidup dengan sifat _wara’_ (hati-hati), _qana'ah_ (merasa puas atas apa yang telah dianugerahkan Allah Azza wa Jalla), membiasakan berempati terhadap kehidupan masyarakat bawah, serta pandai mensyukuri segala karunia nikmat yang ada.

Wallahua'lam bishawab

Repost : Admin MPN.com

Silahkan dibagikan agar banyak yang  mengetahuinya,semoga mendapatkan kemudahan dan pahala amal jariyah.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam bersabda : "Barang Siapa yang menyampaikan satu (1) Ilmu saja dan ada orang yang Mengamalkannya maka walaupun yang menyampaikan sudah tiada (Meninggal Dunia), dia akan tetap Memperoleh Pahala (Jariah),"(HR. Al-Bukhari).

Semoga bermanfaat 
Barakallah Fikum
(red)

Iklan mpn

Posting Komentar

0 Komentar