Rembang – Pagi itu Nanang (10 tahun) siswa kelas III sebuah SD N di Rembang asyik main game di atas tempat tidur. Tangan-tangannya lincah menggerakkan layar monitor HP android. Matanya pun tajam menatap, sambil sesekali muncul suara menggerutu, karena gagal menembak sasaran.
Suara ibunya beberapa kali memanggil tak begitu ia hiraukan. Nanang sebatas menjawab sekenanya.
“Iya sebentar, “ ujarnya singkat.
Padahal jam 07.00 Wib Nanang harus mengambil soal tes akhir semester ke sekolah, untuk dikerjakan di rumah. Sementara jam sudah menunjukkan pukul 07.30 Wib.
Sampai akhirnya sang ayah tiba-tiba datang menyita HP android yang dipegang Nanang. Di tengah rasa kaget dan hati ndongkol, Nanang kemudian berjalan lunglai menuju kamar mandi dan akhirnya mau berangkat ke sekolah.
Nanang tidak sendiri. Tapi masih banyak Nanang-Nanang lain yang merasa kurang bergairah bersekolah, semenjak pembelajaran tatap muka dihentikan bulan Maret 2020 silam dan diganti dengan belajar melalui HP atau secara online.
Salah satu orang tua murid, Munawar, warga Desa Grawan, Kecamatan Sumber menilai pembelajaran jarak jauh kurang efektif. Alasannya, pengerjaan soal-soal tugas sekolah lebih banyak digarap orang tua. Kecenderungan anak main game sulit diatasi, karena kelamaan tidak sekolah. Ia mendorong secepatnya pembelajaran tatap muka dimulai.
“Ya repot nggak repot, lha gimana wong pelajaran anak lebih banyak yang mengerjakan orang tua. Anaknya sering ogah-ogahan, kalah dengan main game, “ ungkapnya, Jum’at (28 Mei 2021).
Munawar berpendapat tidak masalah pembelajaran tatap muka, asalkan protokol kesehatan benar-benar dijalankan secara disiplin.
“Mulai cuci tangan, pakai masker, disiapkan hand sanitizer dan saling menjaga jarak. Yang penting kan itu. Kalau tatap muka lebih mengena antara guru dengan murid, “ imbuh Munawar.
Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Rembang, Jumanto menyatakan izin dari orang tua menjadi syarat mutlak pembelajaran tatap muka dimulai. Selain, sarana pra sarana penunjang di sekolah sudah siap.
Pihaknya juga setuju pembelajaran tatap muka dibuka kembali, supaya siswa lebih terlatih dengan kebiasaan baru mematuhi protokol kesehatan. Tentunya manfaat yang paling terasa, kontak sosial dengan sesama teman.
“Teknisnya bagaimana kan tinggal diatur, apakah siswa masuk separuh-separuh bergantian atau seperti apa. Kuncinya protokol kesehatan ketat, “ tandasnya.
Jumanto menambahkan PGRI Provinsi Jawa Tengah sudah menggelar penelitian, menyangkut efektivitas pembelajaran jarak jauh. Angka tingkat keberhasilan, maksimal 60 %.
“40 % nggak jalan, “ paparnya.
Ketika pemerintah sempat menerapkan pembelajaran tatap muka dimulai dari perguruan tinggi, kemudian SMA, SMP dan baru SD/TK, justru PGRI tidak setuju. Ia menyarankan pembelajaran tatap muka dimulai dari kelas rendah dulu, SD, SMP, baru SMA dan seterusnya, dengan alasan pembelajaran jarak jauh (online) sulit diterapkan di kelas rendah.
“Kalau anak-anak SMA dan kuliahan, saya kira masih bisa mengikuti belajar lewat HP. Yang kelas rendah ini, kita dorong agar tatap muka dimulai, “ terang Jumanto.
Senada dengan Ketua PGRI, Kholid Suyono, selaku Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Rembang mengamati kondisi sekarang semakin sulit, terutama bagi sekolah swasta.
Satu sisi, pembelajaran tatap muka berhenti. Akibatnya, sekolah tidak bisa menarik pungutan bulanan.
“Di sisi lain, bantuan operasional sekolah (BOS) nggak kuat mengcover. Sekolah kalau masih narik, orang tua/wali murid nggak mau, “ bebernya.
Warga Desa Lodan Kulon, Kecamatan Sarang ini mendesak pembelajaran tatap muka dimulai pada tahun ajaran baru nanti. Ia khawatir kalau terlalu lama menunggu, anak-anak akan jenuh dan semakin malas bersekolah.
“Mau tidak mau pembelajaran tatap muka harus dilaksanakan, tentu dengan pola-pola yang sesuai di era baru ini. Nanti setelah siswa masuk, dipantau dan dievaluasi secara serius, “ kata Kholid.
Ketua Komisi IV DPRD Rembang yang membidangi masalah pendidikan, Nasirudin berpendapat selama protokol kesehatan dijalankan dan tidak ada temuan kasus virus, mestinya sekolah layak menerapkan pembelajaran tatap muka.
“Jangan karena hanya ingin tatap muka, kemudian abai dengan protokol kesehatan. Itu yang nggak boleh, karena takutnya ada hantaman virus gelombang kedua, “ ungkap politisi PKB ini.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Pemuda Dan Olahraga Kabupaten Rembang, Mardi menanggapi tahun ajaran baru untuk SD – SMP, rencananya berlangsung tanggal 12 Juli 2021.
Apakah nantinya digelar pembelajaran tatap muka atau masih jarak jauh, Mardi menegaskan masih menunggu perkembangan, terkait penyebaran virus. Ia meminta masyarakat bersabar, karena daerah tidak bisa memutuskan kebijakan sendiri.
“Surat dari Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan akan menjadi acuan kami di daerah. Semoga ada solusi terbaik, “ urai Mardi. (Musyafa Musa).
Ket. Foto : Bupati Rembang, Abdul Hafidz ketika mengecek simulasi pembelajaran tatap muka, belum lama ini.
Sumber : Website r2brembang.c0m
(red)

0 Komentar