Pati - Singkat cerita baca cerpen sebelumnya ; Keluar dari penjara setelah menjalani hukuman, Saridin mulai mencari/menimba ilmu dengan nyantri di pondok pesantren di Kudus yang saat itu diasuh oleh Sunan Kudus. Hubungan santri – kyai antara Saridin dan Sunan Kudus menghasilkan hubungan yang unik. Sunan Kudus mengakui bahwa Saridin adalah santri yang penuh karomah karena memiliki ilmu Kun Fayakun "ilmu Sabdo Dadi/apa yang diucapkan langsung terkabul".
Dikisahkan percakapan yang melegenda antara keduanya ;
Sunan Kudus: “Apakah setiap air harrus ada ikannya, Din?”
Saridin: “Ada, guru “
Mendengar jawaban dari Saridin, Sunan Kudus terheran-heran dan mengutus santri lain untuk mengambil pohon kelapa untuk membuktikan jawaban Saridin.
Begitu kelapa dipecah terjadilah keajaiban: di dalam batok kelapa itu ada ikannya sungguhan.
Sunan Kudus diam-diam kagum dengan karomah Sarridin. Namun,dibalik kekagumannya itu, Sunan Kudus iri karena khawatir nantinya akan kalah popular dari Saridin. Namun rasa gengsi sang kyai tidak mungkin mengutarakan isi hatinya yang kagum.
Kejadian lain terkait karomah Saridin pada suatu ketika,di pondok Sunan Kudus ada kerja bakti mengisi bak mandi. Para santri bahu membahu mengisinya dengan ember. Saridin yang berniat membantu harus kecewa karena ember sudah habis dipakai santri lain. Para Santri mengolok-olok Saridin agar membantu mengisi bak mandi namun menggunakan keranjang dari bambu yang jelas tidak mungkin bisa dipakai untuk menampung air.
Saridin yang lugu pun mengambil keranjang dan secepat kilat digunakannya keranjang itu untuk mengisi bak mandi. Sekali keranjang bambu dimasukkan air sumur dan diguyurkan ke bak mandi tiba-tiba bak mandi langsung terisi penuh. Semua santri terheran-heran,takjub dengan kejadian diluar akal ini.
Banyak karomah dari Saridin membuat Sunan Kudus memutuskan untuk mengusir santri ini dari pondoknya. “Saridin orang yang suka pamer, di pondok ini untuk belajar agama Islam, bukan untuk pamer kesaktian” kata Sunan Kudus kepada santri –santrinya.
Gundah gulana dalam pengusirannya, Saridin memutuskan untuk belajar langsung ke Syekh Malaya alias Sunan Kalijaga yang saat itu terkenal sebagai wali yang penuh karomah dan bijaksana. Dalam waktu singkat Saridin lulus dari belajar agama. Saridin memutuskan pulang ke desa asalnya dan mendirikan pondok bersama anaknya.
Sebelum pulang, Saridin diberi nasehat dan wejangan kepada Saridin agar pandai-pandai menyimpan karomahnya. “Ngger anakku Saridin, kamu saya berikan gelar Syekh Jangkung yang artinya doa agar kamu bisa njangkung lan njampangi kaum disekitar tempat tinggalmu kelak. Semua karomahmu terjadi atas ijin Allah SWT dan simpanlah baik-baik karomahmu untuk berdakwah. Jangan pernah sombong dan mempertunjukkan karomahmu bila tidak perlu,” kata Sunan Kalijaga. “Baik Bopo Guru Sejatiku,” kata Saridin.
(red)

0 Komentar